Blogger templates

Ketika Santri Jatuh Cinta

 

Ketika Santri Jatuh Cinta

Assalamu'alaikum
Untuk Ustad Nabil yang saya kagumi
       Mungkin kedatang surat saya ini sangat mengagetkan bagi ustad, jika benar begitu adanya saya mohon maaf sebesar-besarnya.
       Kedatangan surat saya ini hanya ingin menyampaikan bagaimana sebenarnya perasaan saya terhadap panjenengan. Entah kata apa yang pantas Rani pilih untuk mengunggkapakan perasaan alami ini. Ana uhibbu anta yaa habibi qalbi….mungkin kata itu yang pantas mewakili hati saya. Lancang memang, namun inilah yang saya rasakan. Entah perasaan ini akan terbalas atau tidak, semua ada pada keputusan Ustadz Nabil.
       Mungkin hanya sampai di sini surat saya, tinta yang saya gunakan telah habis untuk menterjemah  mutiara cinta dalam jiwa.
Wassalamu'alaikum
Rani Sekar Dewi
       Nabil tersenyum membaca tulisan tangan itu, 'begitu dalamkah cinta Rani terhadapku?' dia membatin. Kini dia bingung harus bagaimana, perasaan senang bercampur bimbang. Senang karena cintanya tak bertepuk sebelah tangan dan bimbang apakah orang tua Rani akan menerimanya jika kelak dia melamar Rani. Rani adalah anak dari orang terpandang, apalah arti Nabil dimata keluarga itu. Nabil hanya anak dari seorang petani, yang berusaha menyalurkan ilmu dengan menjadi ustadz dan jualan krupuk salah satu profesi yang menyertainya. Belum lagi usia Rani yang terpaut 10 tahun dari Nabil, meski terlihat masih muda tapi usia Nabil sudah 28 tahun. 'Benar-benar kontras, bagaikan langit dan sumur!.' Nabil tersenyum kecut.
       Keesokan paginya, disaat Nabil mengantarkan krupuk dagangan ke kantin pondok, dia melihat Rani bersama dengan Ayahnya. Nabil memilih menunduk dan berjalan terus, dia pikir Rani takkan menyapanya karena gengsi, namun Nabil salah menduga, Rani memanggilnya dan memperkenalkan Nabil pada Ayahnya, Pak Sudarmanto. Semakin yakinlah Nabil menyandarkan perahu cintanya yang selama ini berlabuh di dermaga cinta milik muridnya, Rani Sekar Dewi.
       Hari demi hari Nabil lalui dengan kehadiran Rani sebagai pelengkap hidupnya, benih-benih cinta tumbuh diantara ustadz dan santriwati itu.
       Hingga tiba saat Nabil memberanikan diri untuk meminang Rani, berbekal cinta tulus dan sebuah keikhlasan, Nabil mengetuk pintu rumah Rani.
       Tanpa basa-basi Nabil langsung mengutarakan niat baiknya, namun Pak Sudarmanto tak melihat niat baik Nabil, dia merasa harga diri keluarganya dilecehkan.
       "Anakku tak pantas menikah dengan tukang krupuk sepertimu!, mau makan apa anakku jika dia bersamamu, krupuk atau cintamu?!. Apakah kau tak melihat betapa kontrsanya perbedaan kau dan anakku, apakah aku akan rela menikahkan anak gadisku denganmu yang hamper kepala tiga, pakai otakmu, katanaya ustadz kok tidak tau malu?!!!. Sekarang silahkan pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" Pak Sudarmanto meradang, dia mengusir Nabil. Nabil berdiri dan hendak mencium tangan Sudarmanto sebagai tanda bahwa dia masih memiliki sopan santun meski telah dicaci maki seprti itu, namun lagi-lagi Sudarmanto menguji kesabaran Nabil, dia menepis tangan Nabil. Sebelum keluar Nabil melihat Rani menangis dipelukan ibunya, hatinya semakin perih melihat orang yang dicintai menangis, sesak rasanya dada Nabil. Hujan yang turun melengkapi semua penderitaan nabil hari ini, dia mendengar Rani yang terus memanggil namanya, namun tak ingin lagi dia menoleh dan menambah luka di hatinya dan hati Rani. 'Semua demi kebaikanmu Dik Rani…', dia terus menembus derasnya hujan meninggalkan rumah sang pujaan dan mencoba menyelami arti kehidupan.
      
       Satu bulan sudah Nabil menghindar dari Rani, Nabil tak ingin melihat orang yang dicintainya semakin terluka atas kehadirannya, 'cukuplah aku yang terluka adinda, tak usahlah kau jua'. Bulan depan adalah wisuda bagi santriwan dan santriwati kelas akhir, Rani juga termasuk di dalamnya. Nabil sedikit bisa bernafas lega, namun dia tak dapat menutupi kegundahan hatinya, Rani akan pergi meninggalkannya.
       10 Oktober 2000, lagu shalawat badar mengiringi para santri untuk diwisuda. Tak sedetikpun mata Nabil terlepas dari panggung, dia ingin melihat Rani mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ada seseorang yang menepuk pundak Nabil dari belakang, Pak Sudarmanto dan seorang laki-laki telah berdiri di belakang Nabil. Nabil bersikap biasa saja, seolah kejadian yang lalu tak pernah terjadi.
       "Assalamu'alaikum pak, gimana kabarnya?" Nabil menjabat tangan oran-orang itu dengan hangat.
       "Wa'alaikumsalam, baik ustadz. Saya mau minta maaf pada Ustadz Nabil atas kejadian yang dulu pernah terjadi, lalu saya ingin memperkenalkan calon Rani pada ustadz", Nabil berusaha setengah mati untuk mengukir senyum dibibirnya. Hatinya remuk, badannya mati rasa, penglihatannya mulai kabur terhalang air mata. Dia tak menyangka bahwa lelaki yang berdiri di depannya sekarang ini adalah calon pendamping hidup Rani. Rani, wanita yang selalu ia rindu, satu-satunya wanita yang ia sebut namanya dalam sujud panjang malamnya.
       Nabil mencoba menjadi pendengar yang baik, selama ini itu bukan masalah, namaun sekaran dia akan mendengarkan kisah tentang calon pendamping wanita yang ia cintai, hati Nabil semakin remuk redam.Cerita usai, keluarga Rani berpamitan.
       Nabil kembali ke belakang panggung dengan langkah gontai, dia tertunduk lesu. Ia menangis, menangis untuk cintanya yang kandas di tengah jalan. Ada suara langkah kaki mendekat,Rani.
       “Mas Nabil…” Rani mulai terisak, dia mendengar semua percakapan ayahnya dengan Nabil.
       “Iya dik?” air mata Nabil menetes samakin banyak, Nabil benci dirinya, dia benci membuat orang yang ia cintai menangis karenanya.
       “Maafkan Rani yang telah merusak menghancurkan masa depan Mas Nabil. Mungkin ALLOH tau bahwa Rani bukan permaisuri yang baik bagi pangeran penggenggam surga seperti Mas Nabil..”. Mereka berdua terdiam dalam keheningan, “Rani…bolehkah Mas Nabil menyanyikan sebuah lagu untuk pean, mungkin ini adalah yang terakhir kalinya kita bertemu..” Rani mengangguk.
Bersamamu kulewati
Lebih dari seribu malam
Bersamamu yang kumau
Namun kenyataannya tak sejalan
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
Ijinkan aku untuk mencintanya
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biar cinta hidup sekali ini saja
Tak sanggup bila harus jujur
Hidup tanpa hembusan nafasnya
Tuhan bila waktu dapat kuputar kembali
Sekali lagi untuk mencintanya
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biarkan cinta ini, biarkan cinta ini
Hidup untuk sekali ini saja
       Suara Nabil mengalir merdu, pilu dihati semikin terasa, setelah lagu itu dinyanyikan Rani pergi meninggalkan Nabil, dengan berat hati Rani mengayunkan langkahnya . Sendirian dengan kehampaan yang menjadi teman, Nabil menangis dan terus menangis.
***
       Satu minggu setelah wisuda, Ustadz Ilyas, sahabat Nabil mendatangi rumah Rani, untuk menyampaikan amanat dari Nabil.
       “Asslamu’alaikum, Rani” sapa Ustadz Ilyas setelah pintu dibuka oleh Rani.
       “Wa’alaikumsalam, Ustadz Ilyas. Ada apa ya?”. Ustadz Ilyas menyodorkan buku berwarna biru kepada Rani, “ini buku milik Nabil, kemarin dia…dia mengalami kecelakaan..” Ustadz Ilyas tertunduk. Bagai beribu pedang menusuk jantung Rani, lelaki yang ia cintai kini telah tiada. Betapa cepat waktu itu berlalu, seminggu yang lalu dia masih bisa mendengar suaranya, meski diiringi tangis.
       Dengan cepat Rani masuk ke rumah berganti pakaian, dia ingin mengunjungi makam Nabil. Diantara Ustadz Ilyas Rani pergi menuju tempat dimana orang yang dicintainya terbaring untuk selamanya, dan disinilah dia, di depan makam orang yang ia sayang hingga sekarang, Nabil Ubaidillah. Rani terduduk disamping makam Nabil, dia menahan tangisnya, sakit hati melihat orang yang ia sayang telah bercampur dengan tanah.Betapa Nabil mencintai Rani dengan sepenuh hati, namun di sinilah akhir kisah cinta Rani dan Nabil, mereka telah terpisah oleh maut. Betapa indah elegi cinta Nabil pada Rani. Rani membuka lembar terakhir dari buku Nabil,
16 Oktober 2000
Tak selamanya cinta itu harus memiliki, seperti aku yang tak dapat memilikimu. Terkadang cinta itu butuh pengorbanan, seperti aku yang mengorbankan rasa ini demi kamu. Namun selamanya cinta itu indah, meski duka menghias di sepanjang jalannya, namun kita layak bersyukur atas karunia itu. Seperti aku yang selalu bersyukur karena kau telah menghiasi hari-hariku, Rani Sekar Dewi. Nama wanita pujaan hatiku, yang aku damba dan aku rindu. Memang aku tak dapat memilikimu secara utuh, namun kuyakin separuh jiwamu telah tergores namaku. Aku tak pernah menyesal bertemu dengannmu, aku harus bersyukur ALLOH mengirimkanmu untuk mengisi hari-hari sepiku, meski itu tak abadi. Adinda Rani yang selalu kanda sayangi, maafkan segala sesuatu yang telah kanda lakukan, kanda hanya seorang manusia biasa, yang mencoba mencintaimu dengan setulus hati. Semoga kau bahagia bersama orang pilihan Ayah dan Ibumu, aku akan selalu berdoa demi kebahagiaanku, meski harus kututupi wajahku dengan senyuman palsu, semua kulakukan demi kamu, dewi ku.
Ketika Santri Jatuh Cinta Ketika Santri Jatuh Cinta Reviewed by Unknown on 08.01.00 Rating: 5

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum
    Ya allah engkaulh yg menciptakan rsa ini..
    Ceritanya menyedihkan dan mengajarkan sya...

    BalasHapus

Find us on Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.